Jumat, 30 Desember 2011

Saham-Saham Pendongkrak IHSG di Tahun 2011


VIVAnews - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk 2011 akan resmi ditutup hari ini. Kinerja pasar modal di Tanah Air itu diperkirakan menjadi salah satu yang terbaik di antara bursa saham di dunia dalam hal imbal hasil (return) bagi investor.

Research Analyst PT Samuel Sekuritas Indonesia, Andrianus Bias Prasuryo, menuturkan, selama tahun ini, sejumlah saham emiten cukup beruntung bisa mendulang untung di tahun yang penuh gejolak. Namun, tak sedikit pula, saham emiten besar yang terpaksa menelan pil pahit pada tahun ini akibat berbagai alasan.
"Yang kinerjanya naik signifikan, saham Astra International yang pasti. Lima besarnya Astra, Gudang Garam, BCA, BRI, dan Unilever," kata Andrianus ketika berbincang denganVIVAnews.com di Jakarta.

Dari catatan Samuel Sekuritas, saham emiten yang mendulang keuntungan pada 2011 sejak awal tahun hingga November 2011 diperkirakan masih berasal dari saham emiten pengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).
Lima saham emiten pendorong IHSG pada tahun ini diperkirakan berasal dari PT Astra International Tbk (ASII) dengan kontribusi terhadap IHSG selama Januari hingga November 2011 sebesar 83,97 poin atau 32,5 persen. Diikuti oleh saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) 60,56 poin (67,5 persen), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 48,53 poin (26,6 persen), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 41,67 poin (27,6 persen), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 16,43 poin (11,5 persen).
Kendati menggunakan data hingga akhir November 2011, Andrianus yakin, data itu tidak akan banyak berubah karena indeks harga saham gabungan (IHSG) juga tidak terlalu banyak perubahan.

"Mereka masih tetap menjadi saham-saham pengerek indeks di akhir tahun ini," ungkapnya.

Cemerlangnya kinerja saham emiten tersebut, menurut dia, disebabkan para investor merasa nyaman dengan saham-saham berorientasi sektor domestik. Menurut dia, saham Astra dianggap mewakili konsumsi domestik Indonesia dari sektor otomotif, saham Gudang Garam dan Unilever mewakili sektor konsumer, sedangkan BCA dan BRI dianggap sebagai saham sektor perbankan yang banyak berorientasi domestik.
Berbeda dengan saham-saham tersebut, Samuel Sekuritas juga mencatat banyak saham dari emiten besar yang menelan pil pahit, karena mengalami kerugian. Saham-saham ini tercatat menjadi pengerek ke bawah IHSG yang berakhir pada November 2011. Saham-saham itu adalah:
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan kontribusi terhadap IHSG minus 35,69 (28,2 persen).
- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) minus 22,96 (31,4 persen).
- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) minus 22,53 (23,5 persen).
- PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) minus 19,38 (34,4 persen).
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) minus 15,67 (23,2 persen).
"Itu yang terkoreksi cukup signifikan sampai November 2011, mungkin bisa sampai akhir tahun akan tetap melemah signifikan," kata dia.

Andrianus menjelaskan, penurunan harga saham emiten tersebut disebabkan ekspektasi investor terhadap harga komoditas dunia. Para pemodal memperkirakan harga komoditas pada 2012 akan lebih buruk. Hal itu sudah tercermin sejak semester kedua 2011 yang mulai terkoreksi. "Itu yang menjadi katalis terkoreksinya beberapa saham emiten ini," kata dia. (art)
• VIVAnews

Kamis, 29 Desember 2011

Mengintip Bursa Saham Indonesia 2012


VIVAnews - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2011 akan resmi ditutup esok. Kinerja pasar modal di tanah air itu diperkirakan menjadi salah satu yang terbaik di antara bursa saham di dunia dalam hal imbal hasil (return) bagi investor.
Hal tersebut disampaikan Certified Financial Technician Vice President PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhamad Alfatih, dalam diskusi media 'Economic Outlook 2012', di Menara Imperium, Jakarta, Kamis, 29 Desember 2011.
Alfatih mengungkapkan, bursa saham Indonesia menjadi salah satu bursa dengan kinerja imbal hasil positif di dunia. Meskipun return yang diberikan cukup tipis yaitu sekitar 2,3 persen, namun pertumbuhan itu masih lebih baik dibanding bursa saham utama di dunia.
Dalam catatannya, imbal hasil bursa saham di Amerika Serikat tercatat turun 3,1 persen. Hal yang sama juga terjadi di bursa Eropa yang turun 12,7 persen, China 15,4 persen, dan India 20,3 persen.

"Tahun depan trend bullish terhadap indeks. Meski ada kemungkinan turun, tapi peluangnya sangat kecil. Jika terjadi sesuatu guncangan saja, maka indeks akan berbalik arah ke trend pelemahan," kata Alfatih.
Dia menjelaskan, naiknya peringkat surat utang Indonesia ke level layak investasi (investment grade) bakal mendongkrak kinerja emiten pasar modal pada 2012 mendatang. Sejumlah sektor yang diprediksi bakal bersinar pada tahun 2012 adalah perbankan, konsumer, semen, dan infrastruktur.

Dengan metode pendekatan bottom-up, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2012 mendatang diperkirakan mencapai 4.275. Target itu  mentranslasikan rasio Price Earning (PER) 14,8 kali dan pertumbuhan EPS 16,7.
Meredupnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan kondisi kritis utang di Eropa, dinilai Alfatih, telah menjadi pemicu koreksi mayoritas bursa-bursa dunia. Sementara, kuatnya pasar domestik Indonesia serta rendahnya exposure terhadap pasar utang Eropa, membuat pasar modal Indonesia mampu bertahan terhadap tekanan krisis di pasar global. (umi)